WELCOME TO MY BLOG, MY NAME IS FAIRUZ, PLEASE ENJOY WITH ME

Selasa, 26 Juni 2012

Contextual Teaching and Learning

Secara umum contextual mengandung arti : yang berkenenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna dan kepentingan. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Manfaat Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari.

Contextual Teaching and Learning yang umumnya disebut dengan pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (Meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.  Konsep Strategi Pembelajaran Kontekstual Konsep dasar strategi Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menentukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, Pembelajaran Kontekstual atau CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual atau CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, Pembelajaran Kontekstual (CTL) mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, Pembelajaran Kontekstual (CTL) mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaiman materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
 

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF


Model pembelajaran inovatif merupakan salah satu model pembelajaran yang patut dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam ruang kuliah maupun sekolah-sekolah. Model pembelajaran inovatif ini berciri antisipasi dan partisipasi, menyeimbangkan antara kegiatan penyadaran dengan kegiatan pemberdayaan pada setiap mahasiswa maupun siswa.

Beberapa model pembelajaran inovatif telah dikembangkan untuk memacu mahasiswa maupun siswa berperan aktif dalam setiap pembelajaran. Mahasiswa dan siswa diharapkan mampu dan mau meberikan pendapatnya. Model pembelajaran inovatif menuntut mahasiswa dan siswa untuk terlibat saling tukar pikiran, berkolaborasi dan berkomunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi mereka.

Pengembangan metode pembelajaran inovatif mampu menempatkan mahasiswa ataupun siswa sebagai center of learning, yang memposisikan peserta didik sebagai sentrum dari proses pembelajaran yang ada. Metode ini, sangat jauh berbeda dengan model pembelajaran yang berkembang dan telah berlangsung di Indonesia selama puluhan tahun lamanya. 

Selama ini, metode pembelajaran yang banyak dipraktekkan di ruang kuliah maupun sekolah-sekolah di Indonesia adalah model monologis, yang menempatkan dosen ataupun guru sebagai sentrum dari proses pembelajaran yang berlangsung, praktek itu mulai ditinggalkan pada pertengahan tahun 2000-an meskipun tidak semua institusi pendidikan di Indonesia melakukannya. 

Ada beberapa kelemahan yang lahir dari metode pembelajaran ini (selain memiliki kelebihan), diantaranya terbatasnya ruang kreatifitas dan berkespresi bagi peserta didik, mereka kurang memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk mengungkapkan pendapat maupun mengeskpresikan gagasan dan ide yang lahir selama proses pembelajaran berlangsung, dan pada akhirnya menciptakan budaya gagap di kalangan peserta didik.

Bercermin dari kelemahan itu, saat ini muncul berbagai metode pembelajaran inovatif yang dapat diterapakan, di antaranya model kolaboratif, basis proyek, dan orientasi NOS (Nature of Science).

 a. Pembelajaran Kolaboratif Prospektif psikologis sosial tentang pembelajaran lebih melihat pada pengaruh-pengaruh organisasi social kelas dalam pembelajaran. Organisasi social kelas tersebut dapat dilihat dari tiaga struktur. Pertama, struktur pengelompokan kelas, yang meliputi struktur pembelajaran bebas, struktur kelompok-kelompok kecil, dan struktur kelas keseluruhan. Masing-masing struktur penggelompokan tersebut memiliki karakter yang khas yang akan mewarnai proses belajar dan mengajar. Kedua, struktur otoritas, lebih menekankan pada seberapa banyak dosen atau guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas-aktivitas peserta didik. Besar kecilnya kadar keterlibatan dosen atau guru dalam proses pembelajaran ditentukan oleh kebutuhan akan pembelajaran yang tentunya akan mewarnai kualitas proses pembelajaran. Ketiga, struktur penghargaan, secara umum dapat dibedakan atas struktur penghargaan individualistic, kompetetif, dan kolaboratif. Dalam kerangka organisasi social kelas, struktur penghargaan kolaboratif memiliki posisi paling strategis. Di samping tiga struktur kelas yang diungkapakan tersebut, terdapat pula dua struktur yang lain yaitu tugas dan tujuan. Struktur tugas mengacu pada dua hal, cara peng-organisasian pembelajaran dan jenis kegiatan yang dilakukan peserta didik dalm kelas. Struktur tujuan suatu pembelajaran adalah jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Dalam struktur tujuan individualistic, para peserta didik mengatakan “me alone” dan merasa tidak memiliki ketergantungan dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan. Dalam struktur tujuan kompetitif, peserta didik mengatakan “me instead of you.” Dalam mencapai tujuan kompetitif, peserta didik lebih didorong keinginan bersaing. Dalam pembelajaran kompetitif, peserta dapat mencapai tujuan jika peserta lain tidak mencapai tujuan tersebut (Arends, 1998; Bennett et al., 1991; Qin dan Johnson, 1995). Struktur tujuan kolaboratif dicirikan oleh jumlah saling ketergantungan yang begitu besar antara peseta dalam kelompok. Dala pembelajaran kolaboratif, peserta didik mengatakan “we as well as you” dan hanya akan mencapai tujuan jika peserta lain dalam kelompok yang sama dapat mencapai tujuan mereka bersama. (Arends, 1998; Heinich et al., 2002; Slavin, 1995; Qin dan Johnson, 1995). Kesuksesan praktek-praktek pembelajaran memiliki sifat-sifat yang didukung oleh beberapa alas an. Pertama, partisipasi aktif para peserta didik. Pembelajaran efektif dapat terjadi jika para peserta secara aktif terlibat dalam tugas-tugas dan aktif terlibat dalam berinteraksi dengan isi pelajaran. Kedua, praktek. Praktek dapat memperbaiki kemampuan menerapkan pengetahuan baru, keterampilan dan sikap. Ketiga, perbedaan-perbedaan individu. Metode pembelajarn dikatakan efektif jika dapat mengatasi perbedaan-perbedaan individu dalam hal personalitas, bakat umum, dan pengetahuan awal peserta didik. Keempat, konteks-konteks realistic. Para peserta didik paling mudah mengingat dan menerapkan pengetahuan yang direpresentasikan dalam suatu konteks yang nyata. Keenam, interaksi social. Melayani kemanusiaan sebagai tutor atau anggota kelompok sebaya dapat menyediakan sejumlah pedagogik dan juga dukungan-dukungan social. Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technologi for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif dari peserta didik dalam meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu yaitu: 1. Realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktifitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata. 2. Menumbuhakan kesadaran berinteraksi social dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna. Langkah-langkah pembelajaran kolaboratif group investigation adalah sebagai berikut: 1. Para peserta dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri; 2. Semua peserta dalam kelompok membaca, berdiskusi dan menulis; 3. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemostrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah yang ditemukan sendiri maupun LKS; 4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing peserta menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap; 5. Dosen atau guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat maju ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi, kelompok yang lain menyimak, membandingkan hasil presentasi tersebut dan menanggapi (waktu presentasi antara 20-30 menit); 6. Masing-masing peserta dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpul; 7. Laporan masing-masing peserta terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif; 8. Laporan peserta dikoreksi, dikomentari, dinilai, dan dikembalikan pada pertemuan selanjutnya dan didiskusikan. Metode pembelajaran kolaboratif ini menempatkan peserta didik sebagai center of learning, sehingga proses pembelajaran banyak diwarnai dengan diskusi maupun dialog.

 b. Pembelajaran Berbasis Proyek Salah satu model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran berbasis proyek (PBP). PBP berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin, memfasilitasi peserta untuk berinvestigasi, pemecahan mesalah, dan tugas-tugas bermakna lainnya “students’ centered” menghasilkan produk yang nyata. Ada empat karekteristik PBP yaitu, isi, kondisi, aktivitas, dan hasil. Dalam PBP, proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kebutuhan peserta didik atau kebutuhan masyarakat atau industry local. PBP memiliki potensi yang sangat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi peserta didik. Dalam PBP, peserta didik menjadi terdorong lebih aktif dalam belajar. Dosen atau guru hanya sebagai fasilitator, mereka mengevaluasi produk hasil kinerja peserta didik meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan. Dalam pengerjaan proyek, peserta didik dapat berkolaborasi dengan satu atau lebih dosen atau guru, tetapi peserta didik melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh peserta didik dalam tim adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsesus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan peserta didik merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan hidupnya. Di samping itu, keterampilan esensial tersebut sangat mendukung mereka ketika terjun di dunia kerja. Oleh karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut seyogyanya ditujukan untuk semua tim. PBP dapat diterapkan pada semua bidang studi. Implementasi model PBP mengikuti lima langkah sebagai berikut. 1. Menetapkan tema proyek. Tema harus memuat gagasan umum, penting dan menarik, mendiskripsikan masalah kompleks, mencermikan hubungan sebagai gagasan, mengutamakan pemecahan masalah ill defined. 2. Menetapakan konteks belajar. Konteks belajar harus memuat pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, mengutamakan otonomi peserta didik, melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, peserta didik mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien, mensimulasikan kerja secara professional. 3. Merencakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah membaca, meneliti, observasi, interview, merekam, mengunjungi objek yang berkaitan dengan proyek, akses internet. 4. Memeroses aktivitas-aktivitas. Memproses aktifitas meliputi membuat sketsa, melukiskan analisa, menghitung dan mengembangkan prototype. 5. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, menguji langkah-langkah yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh,mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, merevisi hasil yang telah diperoleh, melakukan daur ulang proyek yang lain, dan mengklasifikasi hasil terbaik. 

c. Pembelajaran Berorientasi NOS (Nature of Science) Nature of Science (NOS) didefinisikan sebagai “hakekat pengetahuan” yang merupakan konsep yang kompleks melibatkan filosofi, sosiologi, dan historis suatu pengetahuan. Lederman (1992) menyebutkan NOS mengacu pada epistemologi dan sosiologi pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai cara untuk mengetahui atau nilai dan keyakinan yang sesuai pengetahuan ilmiah. Selanjutnya, Lederman et al (2002) mendefinisikan NOS sebagai pemahaman karakteristik pengetahuan ilmiah yang berurusan dengan sifat empirisnya, sifat kreatif dan imajinatifnya, karakteristik teorinya, dan hakekat social-budayanya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa NOS mencakup tiga hal, yaitu: 1. Ontology, yaitu pengetahuan sebagai bidang ilmu yang mengkaji artikulasi, sosiologi, dan historisnya; 2. Epistemology, yaitu pengetahuan sebagai cara untuk meraih pemahaman (understanding), wawasan (insight), dan kearifan (wisdom); 3. Aksiologi, yaitu pengetahuan yang lebih menitik beratkan pada manfaat pengetahuan tersebut bagi masyarakat dan lingkungannya. Jadi, NOS merupakan jembatan bagi peserta didik untuk mengungkap dan memahami realitas alam. Pemahaman realitas alam sangat dibutuhkan bagi peserta didik dalam rangka memahami jati diri dan membangkitkan kesadaran untuk mencintai alam beserta isinya. Pembelajaran berorientasi NOS memiliki enam langkah sebagai berikut: 1. Background readings, peserta didik diarahkan membaca buku dan/atau artikel dan membuat laporan bab atau tema tertentu. Aktivitas yang perlu diases adalah ketepatan buku atau artikel yang dijadikan sumber belajar; 2. Case study discussions, ada ruang diskusi yang disediakan untuk melayani pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dajukan oleh peserta didik. Aktivitas yang perlu diases adalah kualitas dan kuantitas dari pertanyaan yang diajukan; 3. Inquiry lessons, pada langkah ini dosen atau guru membantu peserta didik dalam berpikir dan memfokuskan pertanyaan, prosedur pembelajaran yang akan dilakukan. Aktivitas yang perlu diases adalah kesesuaian pertanyaan pembelajaran yang diajukan, ketepatan prosedur pembelajaran yang diajukan, kecermatan memprediksi masalah hambatan dan upaya pemecahan yang diajukan; 4. Inquiry labs, aktivitas ini membantu peserta didik belajar dan memahami proses dan keterampilan berpikir layaknya ilmuan dan memahami karakteristik penelitian ilmiah; 5. Historical studies, pada tahap ini peserta didik didorong untuk menyajikan deskripsi tentang manfaat pembelajaran yang dilakukan, tidak hanya mengenai pemahaman terhadap NOS dan kemampuan mengungkap dan menerapkan pemahaman terhadap realitas alam, tetapi juga perkembangan sikap dan presepsi peserta didik tarhadap materi yang menjadi objek Inquiry labs. Kemampuan yang perlu diases adalah kemampuan mengelaborasi berbagai aspek penelitian ilmiah, kemapuan mendiskripsikan pengetahuan dalam prespektif historis dan budaya yang berbeda; 6. Multiple assessments, materi assessment hendaknya berorientasi peda pemahaman peserta didik terhadap NOS. Teknik-teknik assessment yang dapa dilakukan adalah assessment kinerja, portofolio, dan tes (tes pilihan ganda diperluas, tes uraian terbuka model well defined, tes uraian terbuka model ill defined). Aktivitas yang perlu diases adalah kemampuan merencanakan, melaksanakan, presentasi, melaporkan secara tertulis, melaporkan secara lisan, pembuatan jurnal secara berkala, focus pemahaman tehadap NO, sikap dan presepsi peserta didik terhadap pelajaran dan model pembelajaran yang diterapkan.

Sabtu, 16 Juni 2012

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

PEMBUKTIAN ASAM-BASA DAN UNSUR HARA PADA ABU TANAMAN


I.            Judul Percobaan               : PEMBUKTIAN ASAM-BASA DAN UNSUR HARA PADA ABU TANAMAN

II.            Tujuan Percobaan                      :
1.      Untuk mengidentifikasikan sifat air abu tanaman
2.      Untuk mengidentifikasikan unsur hara pada abu tanaman

III.            Dasar Teori                      :
Pembentukan Konsep Asam Basa
           Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman kuno sampai zaman modern kini, dan memang sebagian besar kimia yang dilakukan di laboratorium di zaman dulu adalah kimia asam basa. Ketika kimia mulai menguat di bidang studi teoritisnya di akhir abad ke-19, topik pertama yang ditangani adalah kimia asam basa. Akibat dari serangan teoritis ini, kimia menjadi studi yang sangat kuantitatif.
           Satu-satunya asam yang diketahui alkimia di zaman dulu adalah asam asetat yang tak murni, dan basa yang dapat mereka gunakan adalah kalium karbonat kasar yang didapatkan dari abu tanaman.
A.    Asam
            Rasa asam menunjukkan bahwa suatu bahan mengandung asam. Kata asam (acid) berasal dari bahasa Latin acidus yang berarti rasa asam.  Sejak ratusan tahun yang lalu, para ahli kimia telah berhasil memisahkan berbagai jenis asam dari sumber alami (tumbuhan dan hewan). Mereka menamainya sebagai asam-asam organik. Ketika ilmu kimia semakin berkembang, para ahli dapat membuat asam sulfat, asam klorida, asam nitrat dan berbagai asam lainnnya dari bahan mineral. Mereka menamainya sebagai asam-asam mineral.
            Asam-asam mineral tersebut dikenal, setelah dikemukankannya definisi asam dari Arrhenius. Menurut Arrhenius, suatu atom unsur penyusun senyawa kimia yang berinteraksi dengan atom unsur lainnya dapat kehilangan sejumlah elektron atau memperoleh sejumlah elektron. Atom unsur yang kehilangan elektron akan bermuatan positif. Sedangkan atom unsur yang mendapat tambahan elektron akan bermuatan negatif. Unsur yang bermuatan listrik positif atau negatif tersebut dinamakan ion. Contoh ion antara lain adalah ion hidrogen (H+), ion natrium (Na+), ion klorida (Cl-), ion hidroksida (OH-), dan lain-lain. Dengan demikian, pengertian asam menurut Arrhenius adalah sebagai berikut:
“Asam adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+)”
Berdasarkan pengertian asam menurut Arrhenius tersebut, maka ketika suatu senyawa asam di larutkan ke dalam air akan terbentuk ion hidrogen (H+) dan ion negatif menurut reaksi sebagai berikut:
Asam → H++ ion negatif
            Secara umum, asam mineral bereaksi lebih hebat daripada asam-asam organik. Mereka menamai asam mineral itu sebagai asam kuat, sedangkan asam-asam organik sebagai asam lemah. Larutan asam dapat encer atau pekat. Larutan encer mengandung hanya sedikit asam, sedangkan larutan pekat mengandung banyak asam. Beberapa contoh asam :
Contoh asam lemah
Terdapat/Digunakan
Asam askorbat (C6H8O6)
Dalam buah-buahan; disebut juga vitamin C
Asam karbonat (H2CO3)
Dalam minuman bersoda (misal: Coca Cola, Fanta, Sprite, Pepsi)
Asam sitrat (C6H8O7)
Dalam buah jeruk dan lemon
Asam asetat (CH3COOH )
Dalam cuka makan
Asam laktat CH3CH(OH)COOH
Dalam susu basi (yoghurt)
Asam salisilat
C6H4C(OH)(COOH)
Dalam aspirin

Contoh asam kuat
Terdapat/Digunakan
Asam klorida (HCl)
Dalam getah lambung dan dalampenyepuhan sebagai pembersih permukaan logam
Asam nitrat (H2N03)
Pembuatan pupuk dan bahan peledak
Asam fosfat (H3PO4)
Pembuatan cat antikarat dan pembuatan bahan pupuk
Asam sulfat (H2SO4)
Aki (accu) dan bahan pembuatan pupuk

Sifat-sifat asam
o     Dapat bereaksi dengan senyawa karbonat menghasilkan zat lain, gas karbon dioksida dan air. Sebagai contoh, reaksi antara kalsium karbonat dengan larutan asam klorida. Pada reaksi ini terbentuk senyawa kalsium klorida.
o     Dapat bereaksi dengan oksida logam menghasilkan zat lain dan air. Sebagai contoh, reaksi antara asam sulfat dengan tembaga oksida. Pada reaksi tersebut, zat biasanya dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Zat lain yang terbentuk adalah tembaga sulfat. Pembentukkan tembaga sulfat ini dapat diamati dari timbulnya warna biru pada larutan.http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/chus%20h/images/spacer.gif
o     Terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.
o     Walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit sehingga dapat menghantarkan listrik.
B.     Basa
Basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika zat asam menghasilkan ion hidrogen (H+) yang bermuatan positif, maka dalam hal ini basa mempunyai arti sebagai berikut.
“Basa adalah zat yang jika di larutkan dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-)”
Berdasarkan pengertian basa di atas, maka ketika suatu senyawa basa di larutkan ke dalam air, maka akan terbentuk ion hidroksida (OH-) dan ion positif menurut reaksi sebagai berikut. Ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH) mengikat satu elektron saat dimasukkan ke dalam air.      
Basaion positif + OH-
Contoh:
Natrium hidroksida(NaOH) Na+ + OH-
Amonium hidroksida (NH4OH)NH4+ + OH-
Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)Ca2+ + 2OH-
Basa umumnya digunakan dalam pembuatan bahan pembersih, misalnya sabun, pembersih lantai, dan pasta gigi. Basa terasa licin bila terkena kulit. Basa terbagi menjadi dua jenis, yaitu basa lemah & basa kuat.
Contoh basa
Terdapat dalam
Kuat/Lemah
Amonia (NH3)
Bahan pemutih, pembuatan pupuk
Lemah
Kalsium hidroksida
Ca(OH)2
Obat untuk mengurangi tingkat keasaman tanah
Kuat
Kalsium oksida (CaO)
Bahan pembuatan semen & beton
Kuat
Magnesium hidroksida
Mg(OH)2
Tablet untuk mengurangi asam lambung (sakit maag)
Kuat
Natrium hidroksida (NaOH)
Bahan pembersih oven dan bahan   pembuatan sabun
Kuat

Sifat-sifat Basa
Seperti halnya senyawa asam, senyawa basa juga berupa zat cair dan gas. Beberapa senyawa basa juga di manfaatkan oleh manusia, tetapi ada juga yang berbahaya dan beracun. Oleh karena itu, kita juga sebaiknya mengenal sifat-sifat senyawa basa. Secara umum, sifat senyawa basa atau bahan-bahan yang mengandung basa mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
o    Mempunyai rasa yang pahit atau getir.
o    Dapat mengubah warna zat lain, seperti lakmus, sari bunga sepatu, sari kol merah, dan lain-lain. Akan tetapi, perubahan warna yang diakibatkan oleh senyawa basa berbeda dengan perubahan warna yang di akibatkan oleh senyawa asam.
o    Bersifat kaustik khususnya untuk basa-basa kuat, artinya dapat merusak kulit kita. Basa kuat seperti natrium hidroksida akan terasa perih jika mengenai kulit.
o    Menetralkan sifat asam.
o    Terasa licin di tangan. Hal ini karena basa (khususnya basa kuat) dapat bereaksi dengan lemak pada kulit dan membentuk lapisan sabun.
C.    Indikator Asam-Basa
            Indikator asam basa adalah zat yang memberi warna berbeda dalam  lingkungan asam dan lingkungan basa (zat yang warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam maupun senyawa basa).
            Indikator alami memiliki pigmen warna sehingga ketika diekstrak akan menghasilkan warna tertentu. Warna inilah yang dapat menentukan sifat suatu zat dalam kondisi pH yang berbeda. Beberapa contoh indikator alami:
1.      Tela ungu
Dengan menggunakan ekstrak tela ungu sebagai indikator maka diperoleh sifat larutan yang ditunjukkan dengan warna antara lain sebagai berikut:
a. Asam kuat berwarna merah.
b. Asam lemah berwarna merah muda.
c. Basa kuat berwarna hijau kekuningan.
d. Basa lemah berwarna hijau.
2.      Kunyit
Dengan menggunakan ekstrak kunyit sebagai indikator maka diperoleh sifat larutan yang ditunjukkan dengan warna antara lain sebagai berikut:
a. Asam kuat berwarna kuning muda.
b. Asam lemah berwarna kuning.
c. Basa kuat berwarna kuning kecoklatan.
d. Basa lemah berwarna jingga.

LOGAM ALKALI
Atom-atom logam alkali mempunyai satu elekrton pada kulit terluarnya. Dalam sistem periodik unsur terletak pada golongan IA. Alkali berasal dari bahasa arab kali yang berarti abu. Dinamakan alkali karena dapat membentuk basa kuat. Logam alkali terdiri atas enam unsuryaitu litium (Li), natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb), cesium (Cs), dan frasium (Fr). Unsur logam alkali tidak terdapat bebas di alam melainkan dalam bentuk senyawanya.


UNSUR
3Li
11Na
19K
37Rb
55Cs
87Fr
1. Konfigurasi elektron
[G] ns1
2. Massa atom
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/Image/Panah%20Kanan
3. Jari-jari atom (n.m)
4. Keelektronegatifan

Rendah (antara 0.7 - 1.0)
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/Image/Panah%20Kiri
Di atas suhu kamar (antara 28.7o - 180.5o)
5. Suhu lebur (oC)
6. Energi ionisasi (kJ/mol)
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/Image/Panah%20Kiri

Antara 376 - 519
7. Potensial oksidasi (volt)
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/Image/Panah%20Kanan
Positif, antara 2.71 - 3.02 (reduktor)
8. Bilangan oksidasi
+1
+1
+1
+1
+1
+1

 Catatan :
 [G] = unsur-unsur gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, Rn)
   n = nomor perioda (2, 3, 4, 5, 6, 7)
  → = makin besar sesuai dengan arah panah


 Reaksi-Reaksi Logam Alkali

UNSUR
Li
Na
K
Rb dan Cs
a.Dengan udara/oksigen
Perlahan-lahan terjadi Li2O
Cepat terjadi Na2O dan Na2O2
Cepat terjadi K2O
Terbakar terjadi Rb2O dan Cs2O
b. Dengan air
2L + 2H2O → 2LOH + H2 
http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/Image/Panah%20Kanan
(makin hebat reaksinya sesuai dengan arah panah)
c. Dengan asam kuat
2L + 2H+ → 2L+ + H2
d. Dengan halogen
2L + X2 → 2LH
WARNA NYALA API
Merah
Kuning atau oranye/jingga
Ungu (pink kebiruan)
biru kemerahan dan biru
Garam atau basa yang sukar larut dalam air
CO32+
OH- , PO43-
-
ClO4- dan
[ Co(NO2)6 ]3-

Warna Nyala Logam Alkali
Setiap atom jika diberi energy akan mengalami perubahan kedudukan electron atau dengan kata lain akan tereksitasi dan memancarkan energy radiasi elektromagnetik untuk kembali ke tingkat dasar (keadaan stabil).
Untuk mengetahui warna nyala dari logam-logam alkali dan alkali tanah yang terbilang reaktif, maka dapat dilakukan dengan mengeksitasikan unsur-unsur logam tersebut. hal ini dapat dilakukan dengan cara membakar (uji nyala) senyawa-senyawanya.
Salah satu ciri khas dari logam alkali adalah memiliki spektrum emisi. Sprektum ini dihasilkan bila larutan garamnya dipanaskan dalam nyala Bunsen atau dengan mengalirkan muatan listrik pada uapnya. Ketika atom diberi energi (dipanaskan) elektronnya akan tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika energi itu dihentikan, maka elektronnya akan kembali lagi ke tingkat dasar sehingga memancarkan energi radiasi elektromagnetik.
Menurut Neils Bohr, besarnya energi yang dipancarkan oleh setiap atom jumlahnya tertentu (terkuantitas) dalam bentuk spektrum emisi. Sebagian anggota spektrum terletak di daerah sinar tampak sehingga akan memberikan warna-warna yang jelas dan khas untuk setiap atom.





IV.            Alat dan Bahan   :
a.    Alat
Alat
Ukuran
Jumlah
Kaleng

1 buah
Gelas kimia
a.       50 ml
b.      200 ml
2 buah
2 buah
Spatula

1 buah
Lumpang

2 buah
Alu

1 buah
Tabung reaksi

4 buah
Corong

1 buah
Plat tetes

1 buah
Gelas ukur
a.       10 ml
b.      50 ml
1 buah

b.   Bahan
Bahan (ekstraksi)
Jumlah (ml)
Jumlah(tetes)
Bunga Karamunting
4
8
Kunyit
4
8
Abu tanaman
4
8
Kapur sirih
4
12
Cuka
4
12
Air galon
4
12




V.            Cara Kerja                       :
1.   Membakar sampah organik (serpihan kayu) sampai menjadi abu
2.   Memasukkan abu hasil pembakaran dalam wadah kaleng
3.   Mencampurkan abu dengan air dengan perbandingan 1:2
4.   Mengendapkan larutan selama 1 malam
5.   Menyaring filtrat dengan endapannya, kemudian menguji dengan indikator alami seperti bunga karamunting, kembang sepatu, dan kunyit
6.   Amati warnanya dan tentukan sifat filtrat abu tersebut
7.   Sebagai perbandingan untuk menentukan sifat larutan, dapat dibuat dengan membuat larutan asam (cuka), larutan basa (air kapur), dan larutan netral (air galon)
8.   Filtrat yang masih tersisa kemudian diuapkan, jika terdapat endapan, lakukan uji nyala dengan cara membakar endapan, amati warna pembakaran.

VI.            Hasil Pengamatan           :
a.             Air abu
Yang di uji
Warna yang di hasilkan
Air Abu + Bunga Karamunting
Coklat
Air Abu + Kembang sepatu
Ungu
Air Abu + Kunyit
Kuning pudar



b.            Air cuka
Yang di uji
Warna yang di hasilkan
Cuka + bunga karamunting
Merah muda
Cuka + Kembang sepatu
Merah terang
Cuka + Kunyit
Kuning terang

  
c.             Air kapur
Yang di uji
Warna yang di hasillkan
Air Kapur + bunga karamunting
Hijau lumut
Air Kapur + kembang Sepatu
Hijau tua (daun)
Air Kapur + Kunyit
Coklat tua

VII.            Pembahasan

1.      Sifat Air Abu Tanaman
Pada percobaan kali ini , dilakukan uji asam-basa dengan indikator alami untuk mengetahui sifat abu tanaman. Dengan cara mencampurkan air abu tanaman yang di uji dengan indikator alami (kunyit, kembang sepatu dan bunga karamunting). Sebagai pembanding di campurkan juga air abu tanaman dengan air cuka (asam) , air kapur (basa) dan air galon (netral).



Warna yang terlihat adalah:



 
                                                                                                  
Gambar. Warna masing-masing air abu
            Warna air abu yang ditambahkan bunga karamunting adalah coklat, air abu ditambahkan kembang sepatu adalah ungu, dan air abu ditambahkan kunyit adalah kuning pudar. Untuk warna air cuka ditambahkan bunga karamunting adalah merah muda, air cuka ditambahkan kembang sepatu adalah merah terang, dan air cuka ditambahkan kunyit adalah kuning terang. Sedangkan untuk air kapur ditambahkan bunga karamuntung adalah hijau lumut, air kapur ditambahkan kembang sepatu adalah hijau tua , dan air kapur ditambahkan kunyit adalah coklat tua.
            Berdasarkan pengamatan warna masing-masing air abu dengan indikator alami mendekati warna air abu dengan air kapur (basa). Sehingga dapat dilihat bahwa sifat air abu adalah basa.

2.      Unsur Hara Pada Abu Tanaman
            Berdasarkan langkah kerja terakhir, filtrat yang masih tersisa diuapkan dan diperoleh endapan yang kemudian kami uji nyala dengan cara membakar endapan, warna api yang terlihat adalah kuning dan terdapat sedikit percikan. Hal tersebut dikarenakan abu tanaman mengandung natrium (logam alkali golongan IA) dan karbon.
            Logam alkali memiliki sifat sangat reaktif. Logam alkali mempunyai spektrum emisi warna. Karena itulah ketika abu tanaman yang mengandung karbon dan logam alkali ketika dipanaskan di atas nyala api, maka akan tampak warna kuning.





Gambar. Warna nyala abu tanaman
            Sebagai pembuktian jika logam alkali mempunyai spektrum emisi warna yang khas untuk setiap logamnya maka kami lakukan percobaan tambahan dengan melakukan uji nyala garam dapur atau NaCl di atas api kompor. Unsur Na yang berasal dari NaCl merupakan logam alkali yang memiliki sifat karakteristik warna nyala , ketika NaCl (garam dapur) di panaskan di atas nyala api warna api “kuning”. Hal ini di karenakan struktur atom Na tersusun dari inti yang dikelilingi oleh-oleh elektron-elektron. Elektron-elektron berada pada keadaan diskrit. Apabila atom Na di panaskan, elektron dapat tereksitasi atau pindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Sewaktu pemanasan berhenti elektron tersebut kembali ke tingkat energi awal di sertai pancaran cahaya dalam bentuk foton atau paket energi dengan frekuensi atau panjang gelombang tertentu.
            Dapat dilihat bahwa warna nyala yang diberikan logam dalam bentuk senyawa sama dengan warna nyala loga dalam bentuk unsur. Hal tersebut dapat dipahami dari uji nyala senyawa NaCl. Meski dalam fasa padat senyawa NaCl tersusun dari ion-ion Na+ dan Cl- , namun pada suhu tinggi akan menjadi atom Na dan Cl. Elektron elektron pada Na ini akan tereksitasi  dan kembali ke tingkat energi awalnya dengan memancarkan cahaya dengan warna yang khas untuk logam Na.




Gambar. Warna nyala NaCl

VIII.            Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan, di antaranya:
1.      Warna masing-masing air abu dengan indikator alami mendekati warna air abu dengan air kapur (basa). Maka sifat air abu adalah basa.
2.      Unsur hara pada abu tanaman adalah natrium (logam alkali golongan IA) dan karbon. Hal tersebut terbukti dengan nyala api abu tanaman berwarna kuning dan terdapat sedikit percikan.


Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2003. General Chemistry: The Essential Concepts. Erlangga: Jakarta
Petrucci, Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Syukri S, 1999. Kimia Dasar 2. ITB: Bandung