WELCOME TO MY BLOG, MY NAME IS FAIRUZ, PLEASE ENJOY WITH ME

Selasa, 03 Juli 2012

Perkembangan Model Atom

Teori Atom Dalton
Pada tahun 1808 ilmuan berkebangsaan Inggris, John Dalton, mengemukakan hipotesa tentang atom berdasarkan hukum kekekalan massa (Lavoisier) dan hukum perbandingan tetap (Proust) yang dipublikasikan dalam A New System of Chemical Philosophy.
Teori yang diusulkan Dalton:
a) Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi.
b) Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
c) Semua atom terdiri dari unsur kimia tertentu mempunyai massa yang sama begitu pula semua sifat lainnya.
d) Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen.
Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
·         Kelebihan :
1.       Dapat menerangkan Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier).
2.       Dapat Menerangkan Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
·         Kekurangan :
1.       Tidak Dapat menerangkan sifat listrik atom
2.       Pada kenyataannya atom dapat dibagi lagi menjadi partikel yang lebih kecil yang disebut partikel subatomik.

Model Atom Thomson
Pada tahun 1897 seorang fisikawan Inggris, joseph John Thomson menemukan elektrion, yaitu suatu partikel bermuatan negatif yang lebih ringan daripada atom. Dia memperlihatkan bahwa elektron merupakan partikel subatomik. Dari penemuannya ini J.J Thoson mengemukakan Hipotesis sebagai berikut : “Karena elektron bermuatan negatif, sedangkan atom bermuatan listrik netral, maka haruslah dalam atom ada muatan listrik positif, yang mengimbangi muatan elektron tersebut”. Maka disusunlah suatu model atom yang dikenal dengan model atom roti kismis sebagai berikut :
Teori yang diusulkan :
a) Atom berbentuk bola pejal bermuatan listrik yang homogen
b) Elektron bermuatan negatif tersebar di dalamnya (seperti kismis yang tersebar di dalam roti.
  • Kelebihan :
1.      Dapat menerangkan adanya pertikel yang lebih kecil dari atom yang disebut partikel subatomik.
2.      Dapat menerangkan sifat listrik atom.
  • Kelemahan :
1.      Tidak dapat menerangkan fenomena penghamburan sinar alfa pada lempengan tipis emas.

Model Atom Rutherford

Eksperimen yang dilakukan Ernest Rutherford pada tahun 1911 adalah penembakan lempeng tipis dengan partikel alpha. Ternyata partikel itu ada yang diteruskan, dibelokkan atau dipantulkan. Berarti di dalam atom terdapat susunan-susunan partikel bermuatan positif dan negatif. Hipotesa dari Rutherford adalah : Atom yang tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya. Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom”.
Teori Yang Diusulkan :
a)      Atom terdiri dari inti atom bermuatan positif dan hampir seluruh massa akan terpusat pada inti.
b)      Elektron beredar mengelilingi inti
c)      Jumlah muatan inti sama dengan jumlah muatan elektron, sehingga atom bersifat netral.
d) Sebagian besar ruangan dalam atom merupakan ruangan kosong.
·         Kelebihan :
1.      Dapat menerangkan fenomena penghamburan sinar alfa oleh lempeng tipis emas.
2.      Mengemukakan keberadaan inti atom
·          Kelemahan:
1.      Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi sehingga lama – kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti.

Model Atom Bohr
Pada tahun 1913 Niels Hendrik David Bohr mengemukakan teori atom yang bertitik tolak dari model atom Rutherford dan teori kuantum Planck.
Teori yang Diusulkan:
a) Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
b) Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap atau memancarkan energi sehingga    energi elektron atom itu tidak akan berkurang. Jika berpindah lintasan ke lintasan yang lebih tinggi maka elektron akan menyerap energi. Jika beralih ke lintasan yang lebih rendah maka akan memancarkan energi.
·          Kelebihan :
  1. Mengaplikasikan teori kuantum untuk menjawab kesulitan dalam model atom rutherford.
  2. Menerangkan dengan jelas garis spektrum pancaran (emisi) atau serapan (absorpsi) dari atom hidrogen.
·         Kelemahan :
  1. Tejadi penyimpangan untuk atom yang lebih besar dari hidrogen.
  2. Tidak dapat menerangkan efek Zeeman, yaitu spektrum atom yang lebih rumit bila atom ditempatkan pada medan magnet.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Atom

1.    Model Atom Democritus
 
Democritus berpendapat bahwa jika suatu benda dibelah terus menerus, maka pada saat tertentu akan didapat akan didapat bagian yang tidak dapat dibelah lagi. Bagian seperti ini oleh Democritus disebut atom Istilah atom berasal dari bahasa yunani “a” yang artinya tidak, sedangkan “tomos” yang artinya dibagi. Jadi, atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibelah lagi namun namun masih memiliki sifat kimia dan sifat fisika benda asalnya.
Atom dilambangkan dengan ZXA , dimana A = nomor massa (menunjukkan massa atom, merupakan jumlah proton dan neutron), Z = nomor atom (menunjukkan jumlah elektron atau proton). Proton bermuatan positif, neutron tidak bermuatan (netral), dan elektron bermuatan negatif. Massa proton = massa neutron = 1.800 kali massa elektron. .
Atom-atom yang memiliki nomor atom sama dan nomor massa berbeda disebut isotop, atom-atom yang memiliki nomor massa sama dan nomor atom berbeda dinamakan isobar, atom-atom yang memiliiki jumlah neutron yang sama dinamakan isoton.
 
2. Model Atom John Dalton
Pada tahun 1808, John Dalton adalah seorang guru di Inggris yang melakukan perenungan tentang atom. Hasil perenungan Dalton menyempurnakan teori atom Democritus. Bayangan Dalton dan Democritus adalah bahwa benda itu berbentuk pejal.
Kelebihan model atom Dalton
Mulai membangkitkan minat terhadap penelitian mengenai model atom dan menjelaskan apa yang tidak dijelaskan pada teiri atom Domocritus.
a. Setiap unsur terdiri dari partikel yang sangat keci yang dinamakan dengan atom
b. Atom dari unsur yang sama memiliiki sifat yang sama begitu pula bila atom dari unsur berbeda maka akan memiliki sifat yang beda pula
c. Atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom unsur lain dengan reaksi kimia, dan juga atom tidak dapat dimusnahkan.
d. Atom-atom dapat bergabung membentuk gabungan atom yang disebut molekul
e. Dalam senyawa, perbandingan massa masing-masing unsur adalah tetap
Kelemahan model atom John Dalton

Teori atom Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik. Bagaimana mungkin bola pejal dapat menghantarkan arus listrik? padahal listrik adalah elektron yang bergerak.

3. Model Atom J.J. Thomson
Pada tahun 1897, J.J Thomson mengamati elektron Dia menemukan bahwa semua atom berisi elektron yang bermuatan negatif. Dikarenakan atom bermuatan netral, maka setiap atom harus berisikan partikel bermuatan positif agar dapat menyeimbangkan muatan negatif dari elektron.
Kelebihan model atom Thomson
Membuktikan adanya partikel lain yang bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil dari suatu unsur.
Kelemahan model atom Thomson

Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.

4. Model Atom Rutherford
Rutherford melakukan penelitian tentang hamburan sinar α pada lempeng emas. Hasil pengamatan tersebut dikembangkan dalam hipotesis model atom Rutherford.
a. Sebagian besar dari atom merupakan permukaan kosong.
b. Atom memiliki inti atom bermuatan positif yang merupakan pusat massa atom.
c. Elektron bergerak mengelilingi inti dengan kecepatan yanga sangat tinggi.
d. Sebagian besar partikel α lewat tanpa mengalami pembelokkan/hambatan. Sebagian kecil dibelokkan, dan sedikit sekali yang dipantulkan.
Kelebihan Model Atom Rutherford
Bahwa atom memiliki inti atom yang bermuatan positif dan disekelilingnya terdapat elektron yang mengelilinya.
Kelemahan Model Atom Rutherford
Menurut hukum fisika klasik, elektron yang bergerak mengelilingi inti memancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Akibatnya, lama-kelamaan elektron itu akan kehabisan energi dan akhirnya menempel pada inti.
a. Model atom rutherford ini belum mampu menjelaskan dimana letak elektron dan cara rotasinya terhadap ini atom.
b. Elektron memancarkan energi ketika bergerak, sehingga energi atom menjadi tidak stabil.
c. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis pada atom hidrogen (H).

5. Model Atom Niels Bohr
Pada tahun 1913, Niels Bohr mengemukakan pendapatnya bahwa elektron bergerak mengelilingi inti atom pada lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit atom. Model atom Bohr merupakan penyempurnaan dari model atom Rutherford.
Kelemahan teori atom Rutherford diperbaiki oleh Neils Bohr yaitu :
a. Elektron-elektron yang mengelilingi inti mempunyai lintasan dan energi tertentu.
b. Dalam orbital tertentu, energi elektron adalah tetap. Elektron akan menyerap energi jika berpindah ke orbit yang lebih luar dan akan membebaskan energi jika berpindah ke orbit yang lebih dalam
Kelebihan model atom Bohr
Atom terdiri dari beberapa kulit/subkulit untuk tempat berpindahnya electron dan atom membentuk suatu orbit dimana inti atom merupakan positif dan disekelilingnya terdapat elektron.
Kelemahan model atom Bohr
a. Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack.
b. Tidak dapat menerangkan kejadian-kejadian dalam ikatan kimia dengan baik, pengaruh medan magnet terhadap atom-atom, dan spektrum atom yang berelektron lebih banyak.




Minggu, 01 Juli 2012

Memory For Me and You "Sekar"


SEKAR
Tanggisnya pecah malam itu, melihat sang ibu tercinta melambaikan tangan di ujung jendela mobil, terlintas dalam benak kecilnya, kapan sang bunda pulang dan kembali bermain dengannya. Ketika itu Ibunya terpakasa menjadi TKW di Arab Saudi demi memenuhi kebutuhan mereka. Gambaran perpisahan yang menyedihkan jelas terasa dalam hari-harinya ke depan. Gadis berusia 5 tahun itu tak paham akan kondisi yang akan dia terima.
 Namanya Sekar, dia lahir sebelum sempat melihat wajah Bapaknya. Bapaknya meninggal karena sakit kronis yang sudah lama diderita. Sejak kepergian Bapaknya, Ibunya lah yang mencari nafkah untuk keluarga. Sekar memiliki dua orang kakak bernama Satryo dan Anto. Sekar dan kedua kakaknya terpaut usia yang cukup jauh, Cak Satryo sudah tamat kursus bahasa inggris di salah satu tempat kursus di kota, sedangkan Cak Anto sudah tamat SMA dan akan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri di Surabaya.
Hanya ada dia dan kedua kakak tercintanya yang berada di sebuah rumah kecil yang tak jauh dari rumahku. Tak ada lagi kecerian yang biasa ku dengar dari tawa mereka, hari-hari mereka seolah sepi dan dingin. Tak kuasa melihat kondisi mereka, Ibuku pun menawari mereka bertiga untuk tinggal bersama kami dan tanpa berpikir panjang mereka meng-iya-kan tawaran Ibu. Kami masih sepupuan, sehingga sudah menjadi kewajiban kami juga untuk menjaga mereka.  
Aku sangat senang bersama Mbak Sekar, aku memanggil Mbak karena usiaku di bawahnya 2 tahun. Dia sangat hangat dan ngemong, maklum kakak perempuanku jauh lebih manja dariku. Aku lebih senang menjadi adik Mbak Sekar daripada Kakakku sendiri. Banyak waktu yang kami isi dengan bermain boneka dan masak-masakan ketika itu. Dia pandai memasak walau bukan masak sungguhan, hal itu jelas terlihat dari cara dia meramu bahan-bahan yang kami umpamakan sayur sungguhan. Benar-benar menyenangkan masa kecil kami, waktu itu aku berharap semoga kebahagian itu tak pernah lekang dan pergi.
***
Kami beranjak remaja, kala itu aku duduk di bangku kelas enam SD, Mbak Sekar juga sudah menginjak kelas dua SMP. Ada satu hal yang membuatku sangat kagum pada Mbak Sekar, dia tak pernah mengeluh akan keadaan yang dia terima, dengan rasa rindu yang amat dalam pada sang Bunda dia terus bersemangat menjalani hari-harinya. Sudah tiga tahun lebih Bundanya tak bisa pulang, satu saja alasannya, karena biaya tiket dari Arab Saudi ke Indonesia sangat mahal, sedangkan gaji Bundanya per bulan selain untuk kehidupan sehari-hari mereka juga untuk biaya kuliah Cak Anto.
Selama kebersamaan kami, aku tak pernah melihat Mbak Sekar sediam kali itu. Dia tak mau bicara. Aku sudah berupaya menanyakan alasan kediamannya agar dia mau bicara padaku. Namun, nyatanya Mbak Sekar masih sulit mengatakannya. Aku tak ingin memaksanya karena aku nyakin ini ada hubungannya dengan Bundanya. Tanpa berpikir panjang segara aku menemui Ibu yang sedang sibuk dengan mesin jahitnya.
“Ibu, kenapa ya Mbak Sekar terlihat diam hari ini?” Tanyaku.
“Wah, Ibu juga ndak tau nduk. Tadi ndak apa-apa kok. Mungkin karena kamu tadi pagi pergi ndak pamit sama dia, jadi ya dia nesu sekarang, ajak main saja ke luar.” Pinta Ibu.
Aku masih belum puas dengan jawaban Ibu, rasanya tidak mungkin hanya karena aku tak pamit Mbak Sekar tak mau bicara denganku. Untuk memenuhi hasrat penasaranku, aku mendatangi Cak Satryo yang sedang bekerja di tempat pembuatan kursi. Cak Satryo sebenarnya orangnya cerdas, namun entah kenapa nasibnya saat itu tak seberuntung kawan-kawan lainnya, dia hanya bisa bekerja sebagai tukang pembuat kursi, padalah dia layak sekali menjadi guru bahasa inggris, apalagi selain bahasa inggris dia juga bisa berbahasa Jepang dengan modal kamus Jepang pemberian Almarhum Ayahku. Namun, karena bukan sarjana dia sulit mewujudkan impiannya itu.
Cak, sibuk ndak? Aku mau tanya yo, Mbak Sekar hari ini murung sekali, kira-kira kenapa Cak?” Tanyaku dengan nada penasaran.
“Oh, paling yo karena dia minta pergi ke Surabaya belum tak turuti, dia kangen jalan-jalan sama Anto.” Jawab Cak Satryo dengan santai.
“Emm, sama saja Cak sampean dengan Ibu. Ya sudah aku pulang saja. Assalamu’alaikum.” Jawabku dengan penuh kecewa.
Aku heran kenapa semua orang terkesan cuek dengan keadaan Mbak Sekar hari itu. Semakin membuatku kesal saja. Tak berselang lama, tiba-tiba Mbak Sekar memanggilku dan mengajakku ke wartel. Maklum, saat itu kami belum memiliki handphone, jadi kami biasa pergi ke wartel, dan kami pun biasa menerima telpon dari Bundanya lewat telpon rumah tetangga kami.
***
Sesampainya di wartel, Mbak Sekar merayuku dengan suara lembutnya.
“Alya, kita telpon Bunda yuk. Aku dapat nomor telpon ini di bawah tempat tidur Cak Satryo. Sepertinya ini nomor Arab, digit-nya banyak sekali tak seperti nomor Indonesia.” Rayu Mbak Sekar mengharap aku meng-iya-kan pintanya.
“Tapi Mbak, ndak mahal lah kalau kita telpon ke Arab, kan jauh.” Sanggahku.
“Emm, mungkin mahal tapi ndak apa aku ada sedikit tabungan.” Jawab Mbak Sekar dengan menunjukkan uang tabungan di tangannya.
Aku melihat ada kerinduan yang amat dalam yang Mbak Sekar pendam untuk Bundanya. Apa mungkin aku akan melakukan hal yang sama jika aku diposisi Mbak Sekar sekarang? Apa aku juga akan merenggek-renggek membujuk saudaraku untuk menemaniku menelpon Ibuku? Lalu dengan perasaan rela hati aku akan menggunakan uang tabunganku untuk menelpon dengan harapan Ibu mengangkat telponku di sana? Jawabnya pasti iya, sebab tak ada yang mampu mengantikan kelembutan kasih sayang seorang Ibu terhadap anaknya. Semua itu terjadi ketika kerinduan tak bisa lagi ditahan.
“Ayo Bun angkat telponku, Sekar rindu sekali. Ayo Bun, jangan buat Sekar tak bisa tidur lagi malam ini. Sekar ketakutan dengan mimpi itu. Cepatlah Bun angkat.” Rintihan Mbak Sekar dengan tetesan keringat yang menempel di gagang telpon itu.
“Sabar ya Mbak, mungkin Bunda lagi sibuk dan tak mendengar suara telpon!” Aku mencoba menenangkan Mbak Sekar yang terus mengulangi digit nomor telpon itu ketika telpon tak kunjung memberi jawaban gundahnya.
“Uuuh, ternyata Bunda benar-benar tak mendengarnya, Alya. Bunda lupa kalau hari ini dia janji menelponku.” Keluh Mbak Sekar dengan raut sedihnya.
“Maksud Mbak janji kapan?” Tanyaku penasaran.
“Tadi malam dalam mimpi Bunda bilang hari ini akan menelponku, Alya, tapi sampai senja begini Bunda belum juga memberi kabar, Bunda bohong!” Kesal Mbak Sekar lalu dengan keras dia menyandarkan tubuhnya di pintu loket wartel.
“Sudah Mbak, kita tunggu saja nanti malam, siapa tau Bunda masih sibuk jadi sampai sekarang belum bisa menelpon Mbak. Ayo Mbak pulang, nanti kita dicari-cari Ibu.” Bujukku dengan mengandeng tangannya.
***
Jam dinding kusam itu tepat di angka sepuluh, langit juga kian gelap dan suara bising di luar mulai lenyap. Saatnya aku istirahat dengan harapan malam ini Mbak Sekar akan tidur nyenyak dan tak gelisah seperti sepanjang hari tadi. Namun, kulihat Mbak Sekar masih saja duduk di teras rumah dengan satu harapan suara teriakan dari tetangga depan yang mengatakan ada telpon dari Bundanya. Dia tak peduli dengan rasa capek ditubuhnya, dia enggan melewatkan bukti janji Bundanya dalam mimpi, seperti berharap di atas ketidakpastian, sebab mimpi belum bisa dipercaya jika dia tak memberi bukti realita.
Saat langkahku semakin dekat dengan posisi duduk Mbak Sekar, tiba-tiba kakiku kaku dan tak sanggup melangkah sedikit pun, seperti ada sesuatu yang tak ingin ku buyarkan dalam konsentrasi pikiran Mbak Sekar. Dia begitu fokus terhadap dirinya sendiri, dan aku tak ingin menyia-nyiakan lamunan Mbak Sekar yang sudah menyatu dengan asanya, dia membutuhkan Bundanya malam itu, mungkin untuk sekedar mencium keningnya lewat suara di sambungan telpon atau seucap kalimat selamat tidur untuk mengawali semangatnya di hari esok. Entahlah.
***
Pagi itu aku tak bangun seperti biasa, jam beaker yang ku pasang ternyata tak mampu membangunkanku, aku benar-benar lelet bangun ketika hari libur. Satu hal yang ingin ku lakukan adalah melihat kamar Mbak Sekar dan mengajaknya jalan-jalan. Dan ketika aku hampir mengetuk pintu kamarnya, Ibu berbicara dari sudut dapur bahwa Mbak Sekar malam itu tak tidur di rumah kami. Rupanya tadi malam Mbak Sekar memilih tidur rumahnya sembari menantikan kabar dari Bundanya.
Aku sedikit kecewa kenapa aku tak dipamiti Mbak Sekar malam itu, apa karena aku kurang mendukung keinginan Mbak Sekar untuk mencari tau kabar Bundanya? Atau karena Mbak Sekar tak terpikirkan jika ada aku yang bisa membantu masalahnya? Berarti aku tak dianggap? Ah, pertanyaan bodoh jika aku menanggapi dengan serius. Lebih baik aku segera menemui Mbak Sekar langsung ke rumahnya dan bertanya apa ada perkembangan malam itu.
Sebelum aku menemui Mbak Sekar, aku mendengar Ibu berbicara dengan lantang dari arah dapur bahwa tadi malam dia bermimpi giginya copot dan risau sepanjang tidurnya. Entah dengan siapa Ibu tujukan kalimat itu, yang jelas di rumah hanya ada aku sebab Mbakku melanjutkan SMA di kota.
Belum langkahku sampai tujuan yaitu rumah Mbak Sekar tiba-tiba ada kabar yang di bawa salah satu pamong desa bahwa ada beberapa anak yang tenggelam di DAM yang merupakan aliran sodetan Bengawan Solo. Kabar itu terkesan menyeramkan karena nada cerita pamong desa itu sungguh menggebu-ngebu. Pamong desa itu juga memastikan bahwa ada empat gadis berjilbab dan satu pria sedikit pendek dengan membawa satu sepeda. Datang lagi tetangga lain yang membenarkan kabar itu, kemudian ada beberapa orang dari arah kejauhan mengendarai motor mereka dengan cukup laju. Seperti ada yang ingin mereka lihat dengan rasa penasarannya. Ada apa sebenarnya di DAM? Aku pun binggung dengan kondisi itu.
Suara Ibu berteriak dari dalam rumah menuju teras kecil kami, beberapa tetangga lain juga mulai keluar dari rumah mereka untuk menyimak berita yang disampaikan banyak orang itu. Tiba-tiba saja Ibu menyebutkan nama seseorang yang tak asing bagiku, dia sosok luar biasa yang pernah kukenal, dia tak pernah mengenal arti iri dalam dirinya, walaupun dia sangat berhak untuk iri. Dia membawa semangat untuk hari-hari istimewanya, yaitu dengan setumpuk harapan orang yang dia sangat cintai untuk pulang dengan keadaan sehat dan meneruskan kebersamaan yang bertahun-tahun terputus karena keadaan.
“Sekar di mana? Apa dia pergi ke DAM seperti yang sering dia lakukan setiap hari libur? Ke mana Sekar kok tak terlihat di sini? Di mana dia sekarang? Cepat jawab di mana Sekar?” Ibuku terus bertanya kepada kami seolah ada yang mengejar di dalam getaran ucapannya.
Ndak tau, Sekar tak terlihat dari tadi. Biasanya pagi-pagi begini dia lewat sini untuk menemui neneknya. Pagi ini aku ndak lihat eh, beneran.” Jawab tetangga depan rumahku.
“Eh, tadi subuh aku lihat Sekar lewat sini kok, wong dia malah manggil-manggil Bude! Alya! tapi pintu rumah Alya masih tutup dan Sekar berlalu saja.” Bantah tetanggaku yang lain.
“Ayo cari Sekar, coba panggil Satryo ke sini mungkin dia tau Sekar pagi tadi mau ke mana, cepaaat…” Pinta Ibu kepadaku.
Cak Satryo pun sedang asyik dengan pekerjaannya, dan aku pun segera menariknya ke arah gerombolan orang di depan rumahku. Mereka semua menanyakan ke mana Mbak Sekar tadi subuh, apakah sebelumnaya dia pamit secara langsung ke Cak Satryo atau tidak. Namun jawaban Cak Satryo mengagetkan banyak orang yang sedang menanti kepastian, ternyata Mbak Sekar malam itu justru tak tidur di rumah mereka dan pagi itu juga tak berpamitan apapun. Fakta yang terkuak adalah Mbak Sekar tidur di rumah neneknya. Sontak aku pun berlari menuju rumah neneknya untuk terus menanti kepastian sebenarnya posisi Mbak Sekar saat itu berada di mana.
Nenek Mbak Sekar memang dipamati, subuh itu Mbak Sekar pamit ingin jalan-jalan bersama beberapa teman dekatnya di sekolah, tujuan mereka setelah jalan-jalan akan ke sekolah untuk membayar registrasi naik ke kelas tiga. Saat itu Mbak Sekar juga mengatakan bahwa dia tak lama pergi, setelah selesai akan segera pulang dan mengantar neneknya ke pasar.
Tak kunjung mengetahui keberadaan Mbak Sekar saat itu, Ibuku pun dengan tegas meminta Cak Satryo untuk pergi ke DAM dan memastikan siapa yang tenggelam itu. Lekas Cak Satryo pergi ke sana dengan kondisi segar bugar karena baru saja mandi.
Belum sempat Cak Satryo kembali, di atas segala keresahan kami aku berdo’a dalam hati kecilku bahwa ini tak ada hubungannya dengan mimpi Ibuku tadi malam, ada mitos jika seseorang mimpi giginya copot maka akan ada kabar buruk yang datang padanya, entah musibah kematian atau yang lainnya, dan sedikitpun aku tak ingin mempercayainya.
 Tiba-tiba Ibuku berteriak dari arah gang sempit yang menghubungkan rumahku dengan nenek Mbak Sekar, ada salah seorang yang menanyakan di mana rumah Sekar dan kebetulan Ibuku lah yang menerima pertanyaan itu. Lagi-lagi aku mendengar kabar yang enggan ku dengar, ada yang tak beres, semua orang sibuk memastikan keberadaan Mbak Sekar dan kala itu ada kabar yang benar-benar mengejutkanku.
“Sekar lah yang tenggelam di DAM, ada satu orang lagi temannya yang juga ikut tenggelam. Mereka sama-sama tak dapat berenang dan beruntung ada Pak Amar yang segera melapor ke keluruhan dan sekarang mereka berdua dibawa ke puskesmas terdekat.” Bapak utusan kelurahan itu menyampaikannya pada kami.
Begitu terkejutnya kami semua saat itu, ternyata gadis itu adalah Mbak Sekar dan temanya. Ada fakta mengejutkan lagi, cerita tenggelamnya mereka adalah karena pulpen teman Mbak Sekar jatuh ke dasar DAM, dengan niat ingin menolong mengambil pulpen itu tiba-tiba Mbak Sekar terjatuh dan terbawa arus DAM yang saat itu sedang penuh dan teman (pemilik pulpen) itu juga berniat menolong Mbak Sekar, namun dia sendiri juga terbawa arus.
Menerima kabar yang aku sendiri semakin tak kuasa lagi mendengarnya bahwa teman Mbak Sekar meninggal di tempat kejadian dan Mbak Sekar akhirnya juga menghembuskan nafas terakhirnya ketika menuju puskesmas yang hanya memakan waktu lima belas menit itu. Mbak Sekar pergi bukan untuk menjemput Bundanya seperti mimpinya sejak kecil dan mungkin selama hidupnya. Namun, dia pergi untuk menemui sang Bapak yang tak pernah dia lihat sepanjang hidupnya.

***

Selasa, 26 Juni 2012

Contextual Teaching and Learning

Secara umum contextual mengandung arti : yang berkenenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna dan kepentingan. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Manfaat Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari.

Contextual Teaching and Learning yang umumnya disebut dengan pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (Meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.  Konsep Strategi Pembelajaran Kontekstual Konsep dasar strategi Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menentukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, Pembelajaran Kontekstual atau CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual atau CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, Pembelajaran Kontekstual (CTL) mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, Pembelajaran Kontekstual (CTL) mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaiman materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
 

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF


Model pembelajaran inovatif merupakan salah satu model pembelajaran yang patut dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam ruang kuliah maupun sekolah-sekolah. Model pembelajaran inovatif ini berciri antisipasi dan partisipasi, menyeimbangkan antara kegiatan penyadaran dengan kegiatan pemberdayaan pada setiap mahasiswa maupun siswa.

Beberapa model pembelajaran inovatif telah dikembangkan untuk memacu mahasiswa maupun siswa berperan aktif dalam setiap pembelajaran. Mahasiswa dan siswa diharapkan mampu dan mau meberikan pendapatnya. Model pembelajaran inovatif menuntut mahasiswa dan siswa untuk terlibat saling tukar pikiran, berkolaborasi dan berkomunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuan komunikasi mereka.

Pengembangan metode pembelajaran inovatif mampu menempatkan mahasiswa ataupun siswa sebagai center of learning, yang memposisikan peserta didik sebagai sentrum dari proses pembelajaran yang ada. Metode ini, sangat jauh berbeda dengan model pembelajaran yang berkembang dan telah berlangsung di Indonesia selama puluhan tahun lamanya. 

Selama ini, metode pembelajaran yang banyak dipraktekkan di ruang kuliah maupun sekolah-sekolah di Indonesia adalah model monologis, yang menempatkan dosen ataupun guru sebagai sentrum dari proses pembelajaran yang berlangsung, praktek itu mulai ditinggalkan pada pertengahan tahun 2000-an meskipun tidak semua institusi pendidikan di Indonesia melakukannya. 

Ada beberapa kelemahan yang lahir dari metode pembelajaran ini (selain memiliki kelebihan), diantaranya terbatasnya ruang kreatifitas dan berkespresi bagi peserta didik, mereka kurang memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk mengungkapkan pendapat maupun mengeskpresikan gagasan dan ide yang lahir selama proses pembelajaran berlangsung, dan pada akhirnya menciptakan budaya gagap di kalangan peserta didik.

Bercermin dari kelemahan itu, saat ini muncul berbagai metode pembelajaran inovatif yang dapat diterapakan, di antaranya model kolaboratif, basis proyek, dan orientasi NOS (Nature of Science).

 a. Pembelajaran Kolaboratif Prospektif psikologis sosial tentang pembelajaran lebih melihat pada pengaruh-pengaruh organisasi social kelas dalam pembelajaran. Organisasi social kelas tersebut dapat dilihat dari tiaga struktur. Pertama, struktur pengelompokan kelas, yang meliputi struktur pembelajaran bebas, struktur kelompok-kelompok kecil, dan struktur kelas keseluruhan. Masing-masing struktur penggelompokan tersebut memiliki karakter yang khas yang akan mewarnai proses belajar dan mengajar. Kedua, struktur otoritas, lebih menekankan pada seberapa banyak dosen atau guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas-aktivitas peserta didik. Besar kecilnya kadar keterlibatan dosen atau guru dalam proses pembelajaran ditentukan oleh kebutuhan akan pembelajaran yang tentunya akan mewarnai kualitas proses pembelajaran. Ketiga, struktur penghargaan, secara umum dapat dibedakan atas struktur penghargaan individualistic, kompetetif, dan kolaboratif. Dalam kerangka organisasi social kelas, struktur penghargaan kolaboratif memiliki posisi paling strategis. Di samping tiga struktur kelas yang diungkapakan tersebut, terdapat pula dua struktur yang lain yaitu tugas dan tujuan. Struktur tugas mengacu pada dua hal, cara peng-organisasian pembelajaran dan jenis kegiatan yang dilakukan peserta didik dalm kelas. Struktur tujuan suatu pembelajaran adalah jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Dalam struktur tujuan individualistic, para peserta didik mengatakan “me alone” dan merasa tidak memiliki ketergantungan dengan orang lain dalam rangka mencapai tujuan. Dalam struktur tujuan kompetitif, peserta didik mengatakan “me instead of you.” Dalam mencapai tujuan kompetitif, peserta didik lebih didorong keinginan bersaing. Dalam pembelajaran kompetitif, peserta dapat mencapai tujuan jika peserta lain tidak mencapai tujuan tersebut (Arends, 1998; Bennett et al., 1991; Qin dan Johnson, 1995). Struktur tujuan kolaboratif dicirikan oleh jumlah saling ketergantungan yang begitu besar antara peseta dalam kelompok. Dala pembelajaran kolaboratif, peserta didik mengatakan “we as well as you” dan hanya akan mencapai tujuan jika peserta lain dalam kelompok yang sama dapat mencapai tujuan mereka bersama. (Arends, 1998; Heinich et al., 2002; Slavin, 1995; Qin dan Johnson, 1995). Kesuksesan praktek-praktek pembelajaran memiliki sifat-sifat yang didukung oleh beberapa alas an. Pertama, partisipasi aktif para peserta didik. Pembelajaran efektif dapat terjadi jika para peserta secara aktif terlibat dalam tugas-tugas dan aktif terlibat dalam berinteraksi dengan isi pelajaran. Kedua, praktek. Praktek dapat memperbaiki kemampuan menerapkan pengetahuan baru, keterampilan dan sikap. Ketiga, perbedaan-perbedaan individu. Metode pembelajarn dikatakan efektif jika dapat mengatasi perbedaan-perbedaan individu dalam hal personalitas, bakat umum, dan pengetahuan awal peserta didik. Keempat, konteks-konteks realistic. Para peserta didik paling mudah mengingat dan menerapkan pengetahuan yang direpresentasikan dalam suatu konteks yang nyata. Keenam, interaksi social. Melayani kemanusiaan sebagai tutor atau anggota kelompok sebaya dapat menyediakan sejumlah pedagogik dan juga dukungan-dukungan social. Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technologi for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif dari peserta didik dalam meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu yaitu: 1. Realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktifitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata. 2. Menumbuhakan kesadaran berinteraksi social dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna. Langkah-langkah pembelajaran kolaboratif group investigation adalah sebagai berikut: 1. Para peserta dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri; 2. Semua peserta dalam kelompok membaca, berdiskusi dan menulis; 3. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemostrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah yang ditemukan sendiri maupun LKS; 4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing peserta menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap; 5. Dosen atau guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat maju ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi, kelompok yang lain menyimak, membandingkan hasil presentasi tersebut dan menanggapi (waktu presentasi antara 20-30 menit); 6. Masing-masing peserta dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpul; 7. Laporan masing-masing peserta terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif; 8. Laporan peserta dikoreksi, dikomentari, dinilai, dan dikembalikan pada pertemuan selanjutnya dan didiskusikan. Metode pembelajaran kolaboratif ini menempatkan peserta didik sebagai center of learning, sehingga proses pembelajaran banyak diwarnai dengan diskusi maupun dialog.

 b. Pembelajaran Berbasis Proyek Salah satu model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran berbasis proyek (PBP). PBP berfokus pada konsep dan prinsip inti sebuah disiplin, memfasilitasi peserta untuk berinvestigasi, pemecahan mesalah, dan tugas-tugas bermakna lainnya “students’ centered” menghasilkan produk yang nyata. Ada empat karekteristik PBP yaitu, isi, kondisi, aktivitas, dan hasil. Dalam PBP, proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kebutuhan peserta didik atau kebutuhan masyarakat atau industry local. PBP memiliki potensi yang sangat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi peserta didik. Dalam PBP, peserta didik menjadi terdorong lebih aktif dalam belajar. Dosen atau guru hanya sebagai fasilitator, mereka mengevaluasi produk hasil kinerja peserta didik meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan. Dalam pengerjaan proyek, peserta didik dapat berkolaborasi dengan satu atau lebih dosen atau guru, tetapi peserta didik melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh peserta didik dalam tim adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsesus tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan peserta didik merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan hidupnya. Di samping itu, keterampilan esensial tersebut sangat mendukung mereka ketika terjun di dunia kerja. Oleh karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut seyogyanya ditujukan untuk semua tim. PBP dapat diterapkan pada semua bidang studi. Implementasi model PBP mengikuti lima langkah sebagai berikut. 1. Menetapkan tema proyek. Tema harus memuat gagasan umum, penting dan menarik, mendiskripsikan masalah kompleks, mencermikan hubungan sebagai gagasan, mengutamakan pemecahan masalah ill defined. 2. Menetapakan konteks belajar. Konteks belajar harus memuat pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata, mengutamakan otonomi peserta didik, melakukan inquiry dalam konteks masyarakat, peserta didik mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien, mensimulasikan kerja secara professional. 3. Merencakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah membaca, meneliti, observasi, interview, merekam, mengunjungi objek yang berkaitan dengan proyek, akses internet. 4. Memeroses aktivitas-aktivitas. Memproses aktifitas meliputi membuat sketsa, melukiskan analisa, menghitung dan mengembangkan prototype. 5. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, menguji langkah-langkah yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh,mengevaluasi hasil yang telah diperoleh, merevisi hasil yang telah diperoleh, melakukan daur ulang proyek yang lain, dan mengklasifikasi hasil terbaik. 

c. Pembelajaran Berorientasi NOS (Nature of Science) Nature of Science (NOS) didefinisikan sebagai “hakekat pengetahuan” yang merupakan konsep yang kompleks melibatkan filosofi, sosiologi, dan historis suatu pengetahuan. Lederman (1992) menyebutkan NOS mengacu pada epistemologi dan sosiologi pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai cara untuk mengetahui atau nilai dan keyakinan yang sesuai pengetahuan ilmiah. Selanjutnya, Lederman et al (2002) mendefinisikan NOS sebagai pemahaman karakteristik pengetahuan ilmiah yang berurusan dengan sifat empirisnya, sifat kreatif dan imajinatifnya, karakteristik teorinya, dan hakekat social-budayanya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa NOS mencakup tiga hal, yaitu: 1. Ontology, yaitu pengetahuan sebagai bidang ilmu yang mengkaji artikulasi, sosiologi, dan historisnya; 2. Epistemology, yaitu pengetahuan sebagai cara untuk meraih pemahaman (understanding), wawasan (insight), dan kearifan (wisdom); 3. Aksiologi, yaitu pengetahuan yang lebih menitik beratkan pada manfaat pengetahuan tersebut bagi masyarakat dan lingkungannya. Jadi, NOS merupakan jembatan bagi peserta didik untuk mengungkap dan memahami realitas alam. Pemahaman realitas alam sangat dibutuhkan bagi peserta didik dalam rangka memahami jati diri dan membangkitkan kesadaran untuk mencintai alam beserta isinya. Pembelajaran berorientasi NOS memiliki enam langkah sebagai berikut: 1. Background readings, peserta didik diarahkan membaca buku dan/atau artikel dan membuat laporan bab atau tema tertentu. Aktivitas yang perlu diases adalah ketepatan buku atau artikel yang dijadikan sumber belajar; 2. Case study discussions, ada ruang diskusi yang disediakan untuk melayani pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dajukan oleh peserta didik. Aktivitas yang perlu diases adalah kualitas dan kuantitas dari pertanyaan yang diajukan; 3. Inquiry lessons, pada langkah ini dosen atau guru membantu peserta didik dalam berpikir dan memfokuskan pertanyaan, prosedur pembelajaran yang akan dilakukan. Aktivitas yang perlu diases adalah kesesuaian pertanyaan pembelajaran yang diajukan, ketepatan prosedur pembelajaran yang diajukan, kecermatan memprediksi masalah hambatan dan upaya pemecahan yang diajukan; 4. Inquiry labs, aktivitas ini membantu peserta didik belajar dan memahami proses dan keterampilan berpikir layaknya ilmuan dan memahami karakteristik penelitian ilmiah; 5. Historical studies, pada tahap ini peserta didik didorong untuk menyajikan deskripsi tentang manfaat pembelajaran yang dilakukan, tidak hanya mengenai pemahaman terhadap NOS dan kemampuan mengungkap dan menerapkan pemahaman terhadap realitas alam, tetapi juga perkembangan sikap dan presepsi peserta didik tarhadap materi yang menjadi objek Inquiry labs. Kemampuan yang perlu diases adalah kemampuan mengelaborasi berbagai aspek penelitian ilmiah, kemapuan mendiskripsikan pengetahuan dalam prespektif historis dan budaya yang berbeda; 6. Multiple assessments, materi assessment hendaknya berorientasi peda pemahaman peserta didik terhadap NOS. Teknik-teknik assessment yang dapa dilakukan adalah assessment kinerja, portofolio, dan tes (tes pilihan ganda diperluas, tes uraian terbuka model well defined, tes uraian terbuka model ill defined). Aktivitas yang perlu diases adalah kemampuan merencanakan, melaksanakan, presentasi, melaporkan secara tertulis, melaporkan secara lisan, pembuatan jurnal secara berkala, focus pemahaman tehadap NO, sikap dan presepsi peserta didik terhadap pelajaran dan model pembelajaran yang diterapkan.